Dalam sebuah riwayat (tafsir Al-kabir) dikisahkan, suatu saat Muqatil bin Sulaiman mengunjungi khalifah Abu Ja’far Al-Manshur (95-158 H) di hari pertama ia diangkat sebagai khalifah. Ia menggantikan Khalifah Abul Abbas As-Saffah (Pendiri Dinasti Abbasiyyah). Selesai penobatannya, Al-Manshur berkata kepada Muqatil, “Berilah aku nasehat, wahai Muqatil.”
Muqatil memberikan pilihan, “Nasehat dari apa yang aku dengar atau yang aku lihat?”
Al-Manshur menjawab, “Dari yang engkau lihat.”
Muqatil berkata, “Wahai Amirul Mukminin, dahulu pada masa Kekhalifahan 
Dinasti Bani Umayyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720) memiliki 11
 anak. Ketika wafat, beliau meninggalkan uang 18 dinar. Untuk membayar 
kain kafan 5 dinar dan untuk tanah liang kuburnya 4 dinar. Sisanya 9 
dinar diwariskan kepada ahli warisnya.
Khalifah berikutnya Hisyam bin Abdul Malik (724-743), memiliki 11 anak 
juga. Ketika beliau wafat, warisan yang diperoleh oleh masing-masing 
anaknya 1.000.000 dinar.
Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, pada suatu hari aku melihat salah 
seorang anak Umar bin Abdul Aziz bersedekah 100 ekor kuda untuk 
keperluan jihad fi sabilillah. Dan pada hari yang sama, aku melihat 
salah seorang anak Hisyam bin Abdul Malik sedang meminta-minta di 
pasar.”
Orang-orang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz menjelang wafatnya, ” Apa yang engkau tinggalkan untuk anak-anakmu?” Beliau menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka takwa kepada Allah. Jika mereka menjadi orang-orang yang shaleh, maka Allah yang akan mengurus mereka, jika tidak menjadi orang-orang yang shaleh, maka aku tidak akan menolong mereka untuk bermaksiat kepada Allah. ”
Berpuasa, Allah berharap, manusia bisa menjadi hamba-hamba yang bertaqwa. Dan ketaqwaan kepada Allah adalah sebaik-baik warisan yang bisa ditinggalkan untuk keturunan selanjutnya. Allah berfirman; “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka kuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Surat An-Nisaa:9).
sumber: ldii.or.id 

إرسال تعليق